Aku dengan bukuku kamu dengan laptopmu selalu begitu saat bertemu,biasanya diakhir akan ditutup dengan curhat panjangmu.
“ kamu tahu,matahari itu hebat”
“kenapa? ” aku masih dengan bukuku
“Dari setianya menyapa pagi aku mengerti,setia adalah membersamai tiada henti.
matahari hebat...
Sampai saat datang kiamat kesetiaanya hanya soal berbalik kiblat.” Katamu berbinar-binar
Membuatku rela sejenak melepas buku dari tanganku,dan serius mendengarkan curhatmu.
“kau tau tidak, untuk bisa menyinari bumi,matahari harus membakar dirinyanya sendiri”
Hebat bukan? “ kamu mulai bertutur lagi setelah aku serius mendengarkanmu.
“ iya, matahari selalu hebat “ kataku pendek
Kau itu matahariku.Aku ingat betul malam itu ketika deadline tugas merancangku tinggal hitungan jam,saat itu hujan turun tanpa permisi,petir menyabar mebuat tak seorangpun berniat untuk keluar kamar. Sial bagiku ,pensil gambarku habis,ban motor bocor. Tiba tiba kau menelponku menanyakan tugasku. Dalam hitungan menit dengan basah kuyup tanpa jas hujan kau datang bak pahlawan,siap membuatku terbang.“ taraaaa pensil “ katamu sambil nyengirAku kaget bukan maen,antara senang,haru dan bingung bertrimakasih bagaimana.“ oyaa aku bawa kopi anget buat kamu,aku bisa bantu apa lagi?”Bahkan kau sempat membelikan aku kopi anget dalam keadaan basah seperti itu.“ kenapa repot? nanti kamu sakit, sudah pulang saja,istirahat” katakuDan benar saja paginya kamu harus dirawat,tipesmu kumat.Ah kamu matahari J
“aku belajar dari matahari.”
“Iyakah?” selidikmu
“matahari sangat menyangi bumi seperti yang kau bilang,setia pada pagi,tapi selalu ada jarak antara matahari dan bumi karena matahari tau mendekat dengan pujaan hatinya justru membinasakan.” Kataku.
Kamu diam.
Lalu Semua terasa sesak dan menyakitkan bagiku,aku hanya berharap mudah mudahan kau mengerti.kita matahari J